Latar belakang masalah Era digital memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia,salah satunya di bidang pendidikan.Sudah tak heran semua informasi dapat kita temukan di sosial media,hingga bukupun dapat kita jumpa dalam bentuk digital.Oleh karena itu penguatan literasi digital bagi siswa dan guru menjadi hal yang penting.
Tujuan Masalah Indonesia menempati ‘peringkat kedua’ dalam segi literasi dunia.Dengan rendahnya literasi yang kita punya,SDM pun semakin menurun.Tidak mau hal itu terjadi maka diadakannya riset ini untuk meningkatkan literasi yang ada di Indonesia pada zaman modern ini.
Manfaat Penelitian Hidup di zaman serba modern ini membuat kita ingin melakukan apapun dengan cepat tetapi tertata rapi. Dengan demikian riset ini memberikan strategi yang efektif,efisien dan menarik dalam hal literasi.
Tinjauan Pustaka
Definisi literasi digital menurut para ahli.
-
Gilster (1997) kemampuan memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format melalui perangkat digital seperti komputer, internet, atau media elektronik lainnya.
2. Martin (2008) kesadaran, sikap, dan kemampuan individu untuk menggunakan teknologi digital dan komunikasi dengan tepat dalam berbagai konteks, baik personal, sosial, maupun profesional.
3. Eshet-Alkalai (2004) mencakup berbagai keterampilan, termasuk kemampuan berpikir kritis, membaca, menulis, berkomunikasi, dan memecahkan masalah di lingkungan digital.
4. Hague & Payton (2010) kemampuan untuk menciptakan, berbagi, dan memahami makna dalam bentuk teks, gambar, audio, dan video menggunakan platform digital.
5. Ng (2012) mencakup keterampilan teknis, kognitif, dan sosial-emosional untuk berinteraksi secara efektif dengan teknologi digital dan lingkungan virtual.
Hasil penelitian terdahulu terkait literasi digital siswa.
Penelitian di Indonesia
1. Pengaruh Teknologi Digital dan Literasi Digital terhadap Hasil Belajar
Penelitian di SMAN 4 Kota Jambi menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital serta literasi digital berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas XI—ditunjukkan dengan nilai t-hitung yang jauh melebihi t-tabel (60,69 > 1,660) dan signifikansi sangat tinggi (p < 0,05)
2. Literasi Digital & Hasil Belajar Informatika
Pada SMKN 1 Sintang, ditemukan adanya hubungan signifikan antara literasi digital dan prestasi belajar mata pelajaran Informatika. Siswa yang memiliki literasi digital baik menunjukkan hasil belajar lebih tinggi, ditunjang penggunaan laboratorium dan teknologi yang meningkatkan keterampilan berpikir kritis
-
Pengaruh terhadap Prestasi Akademik SMA
Di beberapa SMA, literasi digital diketahui memiliki korelasi kuat dengan prestasi akademik. Siswa dengan literasi digital yang baik cenderung memiliki kemampuan berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi yang lebih baik—semua aspek ini berdampak positif terhadap kinerja akademik mereka
-
Literasi Digital & Minat Baca
Penelitian di SMA Negeri 3 Maros (kelas XI MIPA) menemukan bahwa meski minat baca masih rendah (62.9% dalam kategori “kurang”), ada pengaruh “cukup” dari literasi digital, di mana 65.7% siswa cenderung membaca melalui buku elektronik atau digital Penelitian Internasional & Kontekstual Tambahan
5. Pengukuran Literasi Digital melalui Media Pembelajaran
Di Medan, suatu studi quasi-eksperimen membandingkan penggunaan media pembelajaran digital vs PowerPoint di SMA. Hasilnya, siswa yang belajar dengan media digital memiliki nilai literasi digital lebih tinggi di semua aspek: pencarian informasi, navigasi hypertext, evaluasi konten, pembuatan konten, dan komunikasi informasi
Teori yang mendukung pengembangan kemampuan literasi digital.
1. Teori Konstruktivisme (Constructivism – Piaget & Vygotsky) Konsep: Pengetahuan dibangun secara aktif oleh siswa melalui pengalaman dan interaksi.
Relevansi:
Siswa belajar mengeksplorasi teknologi secara mandiri.
Mendorong kolaborasi dalam lingkungan digital, misalnya melalui forum online atau pembelajaran berbasis proyek.
Penerapan:
Mendorong siswa mencari informasi di internet, mengkritisinya, lalu menggunakannya untuk membangun pengetahuan baru.
2. Teori Konektivisme (Connectivism – Siemens & Downes) Konsep: Pengetahuan tersebar di berbagai jaringan digital, dan belajar adalah kemampuan untuk menghubungkan informasi dari berbagai sumber.
Relevansi: Penting untuk literasi digital karena siswa perlu mencari, mengelola, dan memanfaatkan informasi dari berbagai platform digital.
Penerapan:
Pembelajaran menggunakan platform e-learning, media sosial edukatif, dan forum digital.
3. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory – Bandura)
Konsep: Belajar terjadi melalui observasi, imitasi, dan interaksi sosial.
Relevansi: Literasi digital berkembang ketika siswa berinteraksi melalui diskusi online, kolaborasi digital, atau berbagi konten.
Penerapan:
Menggunakan grup diskusi online atau proyek kolaboratif di Google Workspace.
4. Teori Media Baru (New Media Theory)
Konsep: Media digital menciptakan ruang interaktif untuk berpartisipasi, berkomunikasi, dan berkolaborasi.
Relevansi: Mendorong siswa aktif menggunakan teknologi bukan hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai pencipta konten.
Penerapan:
Membuat vlog edukasi, blog, atau konten multimedia untuk pembelajaran.
5. Teori Literasi Informasi (Information Literacy Framework – ACRL)
Konsep: Kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif dan etis.
Relevansi:
Menjadi dasar literasi digital untuk membedakan informasi valid dan hoaks.
Penerapan:
Melatih siswa mengevaluasi keaslian sumber di internet.
6. Teori Kognitivisme (Cognitivism) Konsep: Proses belajar dipengaruhi oleh cara informasi diolah dalam otak.
Relevansi:
Membantu siswa mengorganisasi informasi digital dengan lebih efektif.
Penerapan:
Menggunakan peta konsep digital atau mind mapping tools seperti MindMeister atau Coggle.
7. Teori Belajar Experiential (Experiential Learning – Kolb) konsep; Belajar efektif terjadi melalui pengalaman langsung.
Relevansi:
Siswa meningkatkan literasi digital dengan praktik nyata, seperti membuat konten, coding, atau simulasi digital.
Penerapan:
Proyek praktik seperti membuat presentasi digital atau blog edukasi.
Kerangka Berfikir
a)Teknologi digital semakin banyak digunakan dalam pembelajaran
b)Siswa dengan literasi digital tinggi dapat mengakses informasi dengan cepat, memilah sumber yang valid, dan mengolahnya menjadi pengetahuan.
c)Berdasarkan teori konektivisme dan konstruktivisme, kemampuan ini mendukung pemahaman konsep dan hasil belajar.
d)Penelitian terdahulu menunjukkan hubungan positif antara literasi digital dengan prestasi akademik.
e)Dugaan: Literasi digital berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Hipotesis Sementara (Kualitatif)
a)Guru menerapkan strategi pembelajaran berbasis teknologi digital untuk meningkatkan literasi siswa. b)Pemanfaatan media digital (misalnya e-book, platform pembelajaran online, video pembelajaran) membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan literasi. c)Faktor pendukung keberhasilan strategi meliputi: ketersediaan perangkat digital, keterampilan guru dalam mengelola teknologi, dan motivasi siswa. d)Tantangan dalam penerapan strategi meliputi: keterbatasan fasilitas, rendahnya keterampilan digital sebagian siswa, serta kendala jaringan internet.
Desain/Pendekatan Penelitian
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Pendekatan kualitatif dipilih karena penelitian berfokus pada pemahaman mendalam mengenai strategi guru dalam meningkatkan literasi siswa, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dialami. Desain deskriptif digunakan agar peneliti dapat menggambarkan fenomena secara sistematis, faktual, dan akurat berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.
Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di [sebutkan nama sekolah]. Lokasi ini dipilih karena sekolah tersebut telah menerapkan program literasi yang terintegrasi dengan media digital.
Subjek penelitian terdiri dari: a)Guru yang menerapkan strategi literasi digital dalam pembelajaran.
b)Siswa yang terlibat langsung dalam kegiatan literasi di era digital.
c)Kepala sekolah/koordinator literasi yang berperan dalam merancang kebijakan program literasi.